SELAMAT DATANG DI BLOG GW
HOME | ABOUT | CONTACT | TIPS

Saturday 30 June 2012

TULISAN IBD (MANUSIA & KEBUDAYAAN)



Perkawinan Adat Batak 


Masyarakat Batak terkenal sangat bangga akan kebudayaannya. Mereka akan mudah diidentifikasi hanya dari namanya. Keistimewaan adat Batak buka hanya pada pemberian nama sesuai marga, melainkan bersentuhan dengan upacara adat perkawinan. Perkawinan adat Batak tidak jauh “merepotkan” dibandingkan upacara adat perkawinan daerah lain. Berbicara mengenai adat istiadat, sama halnya kita berbicara mengenai peraturan , aturan main
Bedanya , aturan  main satu ini berkenaan dengan hukum adat yang biasanya bersifat mengikat. Bagi masyarakat Batak , upacara atau peristiwa yang memiliki nilai ikatan norma paling kuat adalah upacara adat perkawinan upacara adat saat kematian. Pelanggaran terhadap kedua upacara adat tersebut akan berakibat hukuman berupa sanksi moral
Urutan proses dalam upacara perkawinan adat Batak terbagi dalam beberapa tahap penting , yaitu :

1.      Mangariksa dan Pabangkit Hata
Proses awal saat masyarakat Batak akan melangsungkan sebuah acara perkawinan adalah mangariksa. Mangariksa adalah kunjungan yang dilakukan pihak keluarga calon mempelai pria kepada wanita. Setelah kunjungan tersebut dirasa telah diterima oleh pihak perempuan , dilanjutkan dengan proses pabangkit hata
Proses ini merupakan kata lain dari lamaran. Lamaran dilakukan pihak keluarga pria kepada pihak keluarga perempuan. Hal ini dilakukan tentu saja atas kesepakatan kedua belah pihak yang akan menikah. Keluarga calon mempelai pria serta-merta membawa barang-barang hantaran untuk calon mempelai wanita. Barang hantaran biasanya berupa ikan mas (arsik) dan cincin emas

2.      Hori-hori Dinding atau Marhori-hori Dinding
 Proses ini dilakukan setelah kedua pihak keluarga setuju menikahkan putra-putrinya. Hal yang dilakukan pada proses ini adalah membicarakan lebih lanjut mengenai rencana pernikahan, berkenaan dengan pesta perkawinan. Proses ini hanya boleh diketahui pihak keluarga. Setelah terjadi sebuah kesepakatan, barulah pihak keluarga memberitahu pada masyarakat luas

3.      Patua Hata
Proses bersifat lebih serius. Dalam proses ini, kedua mempelai diingatkan bahwa hubungan yang mereka jalin sudah berkenaan dengan banyak hal diluar mereka berdua

4.      Marhata Sinamot
Pada proses ini, pihak keluarga pria mendatangi pihak keluarga wanita dan biasanya membicarakan permasalahan uang jujur atau orang Batak menyebutnya dengan Tuhor

5.      Pudun Sauta
Proses ini bisa juga dikatakan sebagai makan bersama kedua keluarga. Makanan yang dibawa tentu saja berasal dari pihak keluarga pria. Lauk yang dibawa biasanya berupa daging. Setelah kedua belah pihak keluarga makan bersama , jambar juhut  atau daging ikut dibagikan kepada kerabat dari pihak keluarga

6.      Martumpol

Kedua belah pihak orang tua calon mempelai menandatangani surat persetujuan pernikahan bagi putra-putri mereka. Surat tersebut kemudia didaftarkan di gereja setempat. Kemudian, berita mengenai pernikahan tersebut diberitahukan kepada para jemaat gereja. Bila selama dua minggu para jemaat gereja tidak ada yang keberatan, pemberkatan nikah bisa dilaksanakan

7.      Martonggo Raja
Proses ini merupakan seremonial dari pernikahan yang akan digelar. Sekaligus memberitahukan kepada masyarakat mengenai waktu dan tempat diadakan pesta agar tidak ada pesta pernikahan yang digelar pada hari yang sama

8.      Manjalo Pasu-Pasu Parbagason
Kata lain dari proses ini adalah pemberkatan kedua pengantin yang dilakukan oleh pihak gereja. Setelah pemberkatan dilakukan. Kedua belah pihak keluarga melakukan pesta unjuk

9.      Pesta Unjuk
 Proses ini merupakan puncak dari upacara perkawinan adat Batak. Semua keluarga berpesta dengan membagi-bagikan jambar atau daging atau amplop pada seluruh pihak keluarga

Friday 29 June 2012

TULISAN IBD (MANUSIA & KEGELISAHAN)



"MENJELANG UN"




Aku, siswa salah satu Sekolah Menengah Atas di Jakarta, seperti siswa kelas 3 pada umumnya, tahun ini, aku akan menghadapi Ujian Nasional. Ujian Nasional yang selalu menjadi beban tersendiri bagi para siswa kelas 3, karena itu lah yang akan menjadi penentuan masa depan mereka. Masa depan mereka akan dimulai ketika mereka sudah bisa melewati Ujian Nasional dengan nilai yang baik, begitu pula sebaliknya, jika tidak berhasil melewati Ujian Nasional tersebut, masa depan akan terganggu, karena kita harus mengulang tahun depan, dan itu artinya pula, kita akan mengalami banyak kerugian, rugi waktu, rugi biaya, rugi usia, dan lain sebagainya. Di tambah lagi, rasa malu yang akan kita dapat karena kita tidak lulus Ujian Nasional.

Uuuhhhh, hal itu lah yamg membuat siswa kelas 3 tingkat SMA menjadi cemas dan gelisah. Kami tidak mau mengalami kegagalan, dan kami tidak mau mengecewakan orang orang disekitar kami, yang telah menaruh harapan besar pada kami.
Namun, aku berusaha untuk tetap tenang, aku memotivasi diriku sendiri agar tetap tenang dalam menghadapi UN, walaupun Ujian Nasional masih 4 bulan lagi, aku sudah mulai mempersiapkan diri sejak dini.

Kegiatan belajar-mengajar di sekolah aku ikuti dengan baik, mulai dari Pendalaman Materi, Jadwal Khusus, serta tambahan lainnya. Selain belajar di sekolah, aku juga mengikuti bimbingan belajar di luar (les). Memang sangat melelahkan, tapi aku berusaha untuk tetap focus menjalaninya, karena aku tidak mau menyesal di kemudian hari. Jadi, seperti kata pepatah “ berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian. “

Hari demi hari aku lewati seperti itu, hanya berhadapan dengan soal, soal, dan soal. Aku pun sempat sampai pada titik jenuh. Saat dalam kondisi seperti itu, aku biasanya mengatasinya dengan jalan-jalan ke Mall, atau menonton film. Atau biasanya juga aku berkumpul bersama teman, bersendau gurau, untuk sejenak menghilangkan pikiran dari Ujian Nasional. Dan biasanya, cara tersebut cukup ampuh untuk mengatasi rasa jenuh ku.

Dan sampailah pada Try Out pertama, aku berusaha mengikuti nya dengan baik. Tetapi saat Try Out pertama selesai dan hasilnya diketahui, aku sangat kecewa karena nilai ku rendah. Walaupun nilainya memenuhi syarat kelulusan, tapi tetap saja aku tidak puas. Aku ingin mendapat nilai yang baik, supaya bisa membanggakan kedua orangtuaku.

Karena mendapat nilai jelek di Try Out pertama, akau berusaha lebih giat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dan Alhamdulillah nilaiku perlahan mulai membaik, orang tua ku pun ikut senang.
Hari berjalan terasa cepat. Tak terasa, Ujian Nasional sudah tinggal 2 minggu lagi. Berbagai macam soal Try Out pun sudah ku hadapi. Aku berharap soal tersebut tidak akan berbeda jauh dengan soal Ujian Nasional Utama nanti.


Karena waktu sudah semakin dekat, aku pun maningkatkan porsi belajarku dengan belajar kelompok bersama teman ku. Kami biasanya belajar bersama di perpustakaan saat pulang sekolah.
Dan hari itu pun tiba, hari dimana siswa kelas 3 SMA di Indonesia menghadapi Ujian Nasional. Hari pertama aku lewati dengan lumayan baik, dan selesailah sampai hari ke empat. Ada rasa plong di diriku karena akhirnya aku sudah melewati Ujian Nasional. Ujian Sekolah dan Ujian Praktek pun sudah Aku lewati.

Namun, masih ada rasa gelisah yang mengganjal di benakku. Bagaimana hasil dari Ujan Nasional ku, bagaimana nilainya ? Pertanyaan itu selalu melintas di benakku. Namun, aku berusaha keras untuk tetap berpikir positive, aku selalu berdoa kepada Allah agar bisa lulus dengan nilai baik. Ditambah lagi dengan pikiran, mau kemana aku setelah ini ? jujur. Sampai sekarang pun aku masih bingung untuk menentukan universitas mana yang akan aku jadikan sebagai tempat menimba ilmu selanjutnya.

Hal hal seperti itulah yang menjadi pikiranku, perasaan gelisah yang sudah pasti dirasakan oleh seluruh siswa kelas 3 SMA di Indonesia. Yang kami harapkan sama, LULUS DENGAN NILAI MEMUASKAN !

TULISAN IBD (MANUSIA & TANGGUNG JAWAB)



"AYAH"






 Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: “Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.
Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”
Dengan kerut kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-Laki.” Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.
Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :”Ibu mengapa wajah Ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”
Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-Laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban Sang Bunda.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan Laki-Laki, aku membuatnya sebagai Pemimpin Keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan Keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar Keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. “

“Ku-ciptakan Bahunya yang Kekar & Berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh Keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh Keluarganya. “

“Ku-berikan Kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar Keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “

“Ku-berikan Keperkasaan & Mental Baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi Keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi Keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi Keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku-berikan Kesabaran, Ketekunan serta Keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing Keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. “

“Ku-berikan Perasaan Keras dan Gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi Keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan Kebijaksanaan & Kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan Kerutan diWajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-Laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-Laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. “

“Ku-berikan Kepada Laki-Laki Tanggung Jawab penuh sebagai Pemimpin Keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-Laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. ” AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah…

With Love to All Father

TULISAN IBD (MANUSIA & PANDANGAN HIDUP II)



"KASIH SEORANG AYAH"


Radio merupakan salah satu teman yang selalu menemani
saya ketika sedang mengerjakan tugas, belajar, maupun santai.
Tidak pernah bosan rasanya mendengarkan acara-acara yang disajikan
oleh berbagai macam stasiun radio. Suatu malam, di sebuah stasiun
radio, sedang berlangsung acara dimana orang-orang berbagi pengalaman
hidup mereka. Perhatian saya yang semula tercurah pada tugas-tugas
kantor beralih ketika seorang wanita bercerita tentang ayahnya.
    Wanita ini adalah anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana yang
tinggal di pinggiran kota Jakarta. Sejak kecil ia sering dimarahi
oleh ayahnya. Di mata sang ayah, tak satupun yang dikerjakan olehnya benar.
Setiap hari ia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu
sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap saja hanya ketidakpuasan
sang ayah yang ia dapatkan. Pada waktu ia berumur 17 tahun,
tak sepatah ucapan selamat pun yang keluar dari mulut ayahnya.
     Hal ini membuat wanita itu semakin membenci ayahnya. Sosok ayah
yang melekat dalam dirinya adalah sosok yang pemarah dan tidak
memperhatikan dirinya. Akhirnya ia memberontak dan tak pernah
satu hari pun ia lewati tanpa bertengkar dengan ayahnya.
     Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayah wanita itu
meninggal dunia akibat penyakit kanker yang tak pernah ia
ceritakan kepada siapapun kecuali pada istrinya. Walaupun
merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam diri wanita itu
masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya.
     Suatu hari ketika membantu ibunya membereskan barang-barang
peninggalan almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan yang
dibungkus dengan rapi dan di atasnya tertulis “Untuk Anakku
Tersayang”. Dengan hati-hati diambilnya bingkisan tersebut dan mulai
membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan dan sebuah buku
yang telah lama ia idam-idamkan. Di samping kedua benda itu, terdapat
sebuah kartu ucapan berwarna merah muda, warna kesukaannya. Perlahan
ia membuka kartu tersebut dan mulai membaca tulisan yang ada
di dalamnya, yang ia kenali betul sebagai tulisan tangan ayahnya.
“Ya Tuhan, Terima kasih karena Engkau mempercayai diriku
yang rendah ini Untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku.
     Kumohon Ya Tuhan, Jadikan buah kasih hambaMu ini Orang yang
berarti bagi sesamanya dan bagiMu. Jangan kau berikan jalan yang
lurus dan luas membentang. Berikan pula jalan yang penuh liku dan
duri Agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya. Sekali
lagi kumohon Ya Tuhan, Sertailah anakku dalam setiap langkah
yang ia tempuh. Jadikan ia sesuai dengan kehendakMu Selamat
ulang tahun anakku, Doa ayah selalu menyertaimu”.

     Meledaklah tangis sang anak usai membaca tulisan yang terdapat
dalam kartu tersebut. Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang
terjadi. Dalam pelukan ibunya, ia menceritakan semua tentang
bingkisan dan tulisan yang terdapat dalam kartu ulang tahunnya.
Ibu wanita itu akhirnya menceritakan bahwa ayah memang sengaja
merahasiakan penyakitnya dan mendidik anaknya dengan keras agar
sang anak menjadi wanita yang kuat, tegar dan tidak terlalu
kehilangan sosok ayahnya ketika ajal menjemput akibat penyakit
yang diderita…
      Pada akhir acara, wanita itu mengingatkan para pemirsa agar
tidak selalu melihat apa yang kita lihat dengan kedua mata kita.
Lihatlah juga segala sesuatu dengan mata hati kita. Apa yang kita
lihat dengan kedua mata kita terkadang tidak sepenuhnya seperti
apa yang sebenarnya terjadi. “Kasih seorang ayah, seorang ibu,
saudara-saudara, orang-orang di sekitar kita, dan terutama kasih
Tuhan dilimpahkan pada kita dengan berbagai cara. Sekarang tinggal
bagaimana kita menerima, menyerap, mengartikan dan membalas kasih
sayang itu”, kata wanita tersebut menutup acara pada malam hari itu.

TULISAN IBD (MANUSIA & KEADILAN)




Tepat hari Selasa malam pada tanggal 10 Januari 2012, saya bersama dengan keluarga menghabiskan waktu bersama sambil menyaksikan tayangan televisi di rumah.
Saat itu, kami menyaksikan sebuah tayangan talkshow yang ada di salah satu stasiun tv swasta yang dikenal dengan nama Indonesia Lawyes Club. Malam itu membahas masalah mengenai Hukum Untuk Kaum “Sandal Jepit”.
Awalnya saya tidak mengerti mengenai topik yang dibahas saat itu. Dari yang tidak terlalu memperhatikan tayangan tersebut sampai terbawa suasana karena mengikuti diskusi yang ditayangkan malam itu.
Acara yang dibawakan oleh Bapak Karni Ilyas mencoba mengangkat topik hangat mengenai ketidakadilan yang terjadi di Indonesia bagi kaum “sandal jepit”. Menghadirkan pengacara-pengacara ahli yang ada di Indonesia serta petinggi POLRI , aparat lainnya yang berkaitan, serta beberapa korban ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia.
Kasus pertama adalah mengenai meninggalnya dua orang remaja di dalam penjara yang ada di daerah Sumatera Barat tanpa diketahui alasan yang jelas dan terkesan ditutup-tutupi oleh pihak kepolisian. Kasus berikutnya adalah seorang TKI yang mencoba melaporkan tindakan atasannya dan dibantu oleh aparat keamanan setempat ( dua orang satpam), namun mereka malah diberhentikan dari tempat mereka bekerja dan dituduh sebagai tersangka pencemaran nama baik.
Kedua kasus ini sungguh amat mengiris hati ini ketika mendengar cerita hidup mereka. Keadilan terkesan hanya menjadi hak dan bagian bagi orang-orang yang memiliki uang banyak, derajat yang tinggi, status, dan memiliki kedudukan yang tinggi. Kemudian, bagaimana nasib orang-orang yang kurang beruntung atau dikenal dengan kaum “sandal jepit” yang tinggal di Indonesia?
Diskusi hangat dan kian memanas pun menjadi tayangan menarik bagi para masyarakat. Tayangan yang positif ini terus menjadi tayangan edukasi bagi masyarakat, membuka mata kita dimanakah sebenarnya letak hukum yang seharusnya diterapkan di Indonesia? Dimanakah peran pemerintah kita yang seharusnya?
Beberapa pihak terkait mencoba menyampaikan pendapatnya, namun saat itu saya sangat menyukai komentar yang disampaikan Prof. Dr. J.E. Sahetapy, seorang guru besar ilmu hukum. Pada kesempatan itu, beliau menyampaikan bagaimana aparat kepolisian dan aparat keadilan pada saat ini tidak memiliki wibawa sama sekali dalam menjalankan hukum di Indonesia sehingga banyak terjadi kasus-kasus yang janggal. Terlalu banyak korban ketidakadilan hukum dan semakin hari semakin meningkat.
Komentar dari guru besar ilmu hukum tersebut sungguh membuat saya terkagum dengan keberaniannya menyatakan kebenaran dan tidak gentar terhadap tekanan-tekanan dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Berbicara apa adanya!! ya, inilah yang saya kagumi dari seorang Prof. Dr. J.E. Sahetapy.
Dapat kita lihat sendiri, betapa banyaknya koruptor yang mengambil uang negara, uang rakyat dan hanya dihukum dengan masa tahanan yang tidak terlalu lama. Di sisi lain, jika kita perhatikan, banyak sekali kaum yang kurang beruntung dan melakukan perbuatan kriminal, seperti merampok, mencuri sandal jepit, mencuri hasil tanaman tetangganya, mencopet, dan perbuatan kejahatan lainnya dan ketika dibawa ke dalam pengadilan mendapatkan hukuman penjara yang lebih lama dan terkesan terlalu berlebihan.
Memang saya tidak terlalu mengikuti perjalanan politik yang ada di Indonesia ini, namun saya dapat melihat dengan jelas betapa tidak adanya keadilan dalam negara tercinta ini. Dimanakah pemimpin kita yang seharusnya mampu menegakkan kembali keadilan di negara ini?
Keadilan seharusnya tidak mengenal kedudukan, harta, status, dan derajat. Keadilan berlaku bagi semua orang.

Semua manusia berhak mendapatkan keadilan!!!
Terkadang, saya suka berangan-angan, jika semua kejadian kaum “sandal jepit” terjadi dengan diri mereka sendiri, apa yang akan mereka rasakan? mungkinkah pemimpin kita sudah terlalu kebal dan hati nurani mereka tertutup dengan segala keserakahan, keangkuhan, keegoisan, dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri hingga merugikan orang lain.
Dunia memang kejam dan kita mungkin tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa berharap banyak dengan para pemimpin negara ini. Kita hanya bisa berdoa agar mereka segera disadarkan oleh Tuhan.
Semoga kita tidak mengikuti jejak yang salah dan mampu menjadi bibit penerus bangsa yang akan menegakkan kembali keadilan dan kebenaran. Memulai dengan menerapkannya dari lingkungan dimana kita berada, bekerja, keluarga, dan lingkungan sekitar kita.