SELAMAT DATANG DI BLOG GW
HOME | ABOUT | CONTACT | TIPS

Friday 29 June 2012

TULISAN IBD (MANUSIA & KEADILAN)




Tepat hari Selasa malam pada tanggal 10 Januari 2012, saya bersama dengan keluarga menghabiskan waktu bersama sambil menyaksikan tayangan televisi di rumah.
Saat itu, kami menyaksikan sebuah tayangan talkshow yang ada di salah satu stasiun tv swasta yang dikenal dengan nama Indonesia Lawyes Club. Malam itu membahas masalah mengenai Hukum Untuk Kaum “Sandal Jepit”.
Awalnya saya tidak mengerti mengenai topik yang dibahas saat itu. Dari yang tidak terlalu memperhatikan tayangan tersebut sampai terbawa suasana karena mengikuti diskusi yang ditayangkan malam itu.
Acara yang dibawakan oleh Bapak Karni Ilyas mencoba mengangkat topik hangat mengenai ketidakadilan yang terjadi di Indonesia bagi kaum “sandal jepit”. Menghadirkan pengacara-pengacara ahli yang ada di Indonesia serta petinggi POLRI , aparat lainnya yang berkaitan, serta beberapa korban ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia.
Kasus pertama adalah mengenai meninggalnya dua orang remaja di dalam penjara yang ada di daerah Sumatera Barat tanpa diketahui alasan yang jelas dan terkesan ditutup-tutupi oleh pihak kepolisian. Kasus berikutnya adalah seorang TKI yang mencoba melaporkan tindakan atasannya dan dibantu oleh aparat keamanan setempat ( dua orang satpam), namun mereka malah diberhentikan dari tempat mereka bekerja dan dituduh sebagai tersangka pencemaran nama baik.
Kedua kasus ini sungguh amat mengiris hati ini ketika mendengar cerita hidup mereka. Keadilan terkesan hanya menjadi hak dan bagian bagi orang-orang yang memiliki uang banyak, derajat yang tinggi, status, dan memiliki kedudukan yang tinggi. Kemudian, bagaimana nasib orang-orang yang kurang beruntung atau dikenal dengan kaum “sandal jepit” yang tinggal di Indonesia?
Diskusi hangat dan kian memanas pun menjadi tayangan menarik bagi para masyarakat. Tayangan yang positif ini terus menjadi tayangan edukasi bagi masyarakat, membuka mata kita dimanakah sebenarnya letak hukum yang seharusnya diterapkan di Indonesia? Dimanakah peran pemerintah kita yang seharusnya?
Beberapa pihak terkait mencoba menyampaikan pendapatnya, namun saat itu saya sangat menyukai komentar yang disampaikan Prof. Dr. J.E. Sahetapy, seorang guru besar ilmu hukum. Pada kesempatan itu, beliau menyampaikan bagaimana aparat kepolisian dan aparat keadilan pada saat ini tidak memiliki wibawa sama sekali dalam menjalankan hukum di Indonesia sehingga banyak terjadi kasus-kasus yang janggal. Terlalu banyak korban ketidakadilan hukum dan semakin hari semakin meningkat.
Komentar dari guru besar ilmu hukum tersebut sungguh membuat saya terkagum dengan keberaniannya menyatakan kebenaran dan tidak gentar terhadap tekanan-tekanan dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Berbicara apa adanya!! ya, inilah yang saya kagumi dari seorang Prof. Dr. J.E. Sahetapy.
Dapat kita lihat sendiri, betapa banyaknya koruptor yang mengambil uang negara, uang rakyat dan hanya dihukum dengan masa tahanan yang tidak terlalu lama. Di sisi lain, jika kita perhatikan, banyak sekali kaum yang kurang beruntung dan melakukan perbuatan kriminal, seperti merampok, mencuri sandal jepit, mencuri hasil tanaman tetangganya, mencopet, dan perbuatan kejahatan lainnya dan ketika dibawa ke dalam pengadilan mendapatkan hukuman penjara yang lebih lama dan terkesan terlalu berlebihan.
Memang saya tidak terlalu mengikuti perjalanan politik yang ada di Indonesia ini, namun saya dapat melihat dengan jelas betapa tidak adanya keadilan dalam negara tercinta ini. Dimanakah pemimpin kita yang seharusnya mampu menegakkan kembali keadilan di negara ini?
Keadilan seharusnya tidak mengenal kedudukan, harta, status, dan derajat. Keadilan berlaku bagi semua orang.

Semua manusia berhak mendapatkan keadilan!!!
Terkadang, saya suka berangan-angan, jika semua kejadian kaum “sandal jepit” terjadi dengan diri mereka sendiri, apa yang akan mereka rasakan? mungkinkah pemimpin kita sudah terlalu kebal dan hati nurani mereka tertutup dengan segala keserakahan, keangkuhan, keegoisan, dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri hingga merugikan orang lain.
Dunia memang kejam dan kita mungkin tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa berharap banyak dengan para pemimpin negara ini. Kita hanya bisa berdoa agar mereka segera disadarkan oleh Tuhan.
Semoga kita tidak mengikuti jejak yang salah dan mampu menjadi bibit penerus bangsa yang akan menegakkan kembali keadilan dan kebenaran. Memulai dengan menerapkannya dari lingkungan dimana kita berada, bekerja, keluarga, dan lingkungan sekitar kita.

No comments:

Post a Comment